KEPENTINGAN MEMILIH KAWAN
Kepentingan Memilih Kawan (Teman)
Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seorang mukmin yang bergaul bersama manusia dan bersabar atas sikapnya yang menyakitkan adalah lebih besar ganjarannya daripada seorang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas sikapnya yang menyakitkan" [Sahih: Dikeluarkan oleh Ibn Majah dan dinilai sahih oleh al-Albani - hadis no: 4032]
Namun, ada banyak dalil daripada al-Quran dan hadits yang mengajak kita untuk berhijrah sekiranya tidak mampu melawan fitnah yang terjadi di sesuatu tempat, atau sekiranya kita bisa terpengaruh dengan fitnah di tempat tersebut.
Antara Dalil-dalil Yang Menyatakan Kepentingan Memilih Kawan;
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْـجَلِيْسِ الصَّالـِحِ وَالسُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ. فَحَامِلُ الْـمِسْكِ إِمَّا أَنْ يَحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيْحًا خَبِيْثَةً
"Contoh teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi boleh jadi ia akan memberimu minyak wanginya, boleh jadi engkau membeli darinya dan boleh jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) tukang besi, boleh jadi ia akan membakar pakaianmu dan boleh jadi engkau dapati darinya bau yang tidak menyenangkan."(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Firman Allah subhanahu wa Ta'ala tentang penyesalan orang zalim pada hari kiamat kerana dahulunya ketika di dunia berteman dengan orang yang sesat dan menyimpang, hingga ia terpengaruh ikut tersesat dan menyimpang;
"Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29)
Akibat berkawan dgn teman yang buruk;
1. Memberikan keraguan pada keyakinan kita yang sudah benar, bahkan dapat memalingkan kita dari kebenaran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
1. Memberikan keraguan pada keyakinan kita yang sudah benar, bahkan dapat memalingkan kita dari kebenaran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ. قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ. يَقُولُ أَئِنَّكَ لَمِنَ الْمُصَدِّقِينَ. أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَدِينُونَ. قَالَ هَلْ أَنْتُمْ مُطَّلِعُونَ. فَاطَّلَعَ فَرَآهُ فِي سَوَاءِ الْجَحِيمِ. قَالَ تَاللهِ إِنْ كِدْتَ لَتُرْدِينِ. وَلَوْلاَ نِعْمَةُ رَبِّي لَكُنْتُ مِنَ الْمُحْضَرِينَ
(37:50) Lalu sebahagian mereka (penghuni syurga) menghadap kepada sebahagian yang lain sambil bercakap-cakap.
(37:51-53) Berkatalah salah seorang di antara mereka: `Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman yang berkata: `Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)? Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?`
(37:54) Berkata pulalah ia: `Maukah kamu meninjau (temanku itu)?`
(37:55) Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala.
(37:56) Ia berkata (kepada temannya di neraka): `Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku,
(37:57) jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka).
(Ash-Shaffat: 50-57)
Demikian pula kisah wafatnya Abu Thalib di atas kekafiran kerana pengaruh teman yang buruk. Tersebut dalam hadits Al-Musayyab bin Hazn, ia berkata;
“Tatkala Abu Thalib menjelang wafatnya, datanglah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau dapati di sisi bapa saudaranya ada Abu Jahl bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah ibnil Mughirah. Berkatalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai bapa saudaraku, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, kalimat yang dengannya aku akan membelamu di sisi Allah.’ Namun kata dua teman Abu Thalib kepadanya, ‘Apakah engkau benci dengan agama Abdul Muththalib?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus meminta bapa saudaranya mengucapkan kalimat tauhid. Namun dua teman Abu Thalib terus pula mengulangi ucapan mereka, hingga pada akhirnya Abu Thalib tetap memilih agama nenek moyangnya dan enggan mengucapkan Laa ilaaha illallah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Teman yang buruk akan mengajak temannya melakukan perbuatan yang haram dan mungkar sepertimana dirinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentangnya:
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً“Mereka menginginkan andai kalian kafir sebagaimana mereka kafir hingga kalian menjadi sama.” (An-Nisa`: 89)
3. Tabiat manusia, akan terpengaruh dengan kebiasaan, akhlak, dan perilaku teman rapatnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu menurut agama teman rapat/sahabatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia bersahabat.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 927)
4. Melihat teman yang buruk akan mengingatkan seseorg kepada maksiat sehingga terlintas maksiat dalam fikirannya. Padahal sebelumnya dia tidak terfikir tentang maksiat tersebut.
5. Teman yang buruk akan menghubungkan seseorg dengan orang-orang yang buruk juga, yang akan memudaratkan.
6. Teman yang buruk akan membiasakan maksiat yang kita lakukan sehingga maksiat itu menjadi remeh/ringan dalam hati, dan kita akan menganggap tidak mengapa untuk tidak melakukan ketaatan.
7. Berteman dengan orang yang buruk akan menghalangi kita untuk berteman dengan orang-orang yang baik atau shalih sehingga terluput kebaikan dari diri kita kerana jauhnya dari mereka (orang shalih).
8. Duduk bersama teman yang buruk tidak akan lepas dari perbuatan haram dan maksiat seperti ghibah, namimah, dusta, melaknat, dan semisalnya. Majlis orang-orang yang buruk umumnya jauh dari dzikrullah, yang mana hal ini akan menjadi penyesalan dan kerugian bagi pelakunya pada hari kiamat nanti. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
5. Teman yang buruk akan menghubungkan seseorg dengan orang-orang yang buruk juga, yang akan memudaratkan.
6. Teman yang buruk akan membiasakan maksiat yang kita lakukan sehingga maksiat itu menjadi remeh/ringan dalam hati, dan kita akan menganggap tidak mengapa untuk tidak melakukan ketaatan.
7. Berteman dengan orang yang buruk akan menghalangi kita untuk berteman dengan orang-orang yang baik atau shalih sehingga terluput kebaikan dari diri kita kerana jauhnya dari mereka (orang shalih).
8. Duduk bersama teman yang buruk tidak akan lepas dari perbuatan haram dan maksiat seperti ghibah, namimah, dusta, melaknat, dan semisalnya. Majlis orang-orang yang buruk umumnya jauh dari dzikrullah, yang mana hal ini akan menjadi penyesalan dan kerugian bagi pelakunya pada hari kiamat nanti. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ تَعَالَى فِيْهِ، إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً
“Tidak ada satu kaum pun yang bangkit dari sebuah majlis yang mereka tidak berzikir kepada Allah ta’ala dalam majlis tersebut melainkan mereka bangkit dari semisal bangkai keldai dan majlis tersebut akan menjadi penyesalan bagi mereka.” (HR. Abu Dawud. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 77)
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata,
“Sisi kemiripan hal itu dengan hijrah adalah di masa yang pertama -masa Nabi- maka umat manusia dahulu meninggalkan negeri kufur dan penduduknya menuju negeri iman dan penduduknya. Maka apabila terjadi fitnah wajib di saat itu bagi setiap orang untuk pergi membawa agamanya dari gejolak fitnah menuju ketaatan beribadah serta menjauhi kelompok orang-orang yang larut dalam fitnah itu serta keadaan yang buruk itu. Sementara hal itu adalah termasuk salah satu kategori hijrah.” (al-Kaba’ir, hal 202. Lihat juga perkataan Ibnul Arabi yang dinukil dalam Faidh al-Qadir [4/490] asy-Syamilah)
Dari Anas r.a. dia berkata,
“Sisi kemiripan hal itu dengan hijrah adalah di masa yang pertama -masa Nabi- maka umat manusia dahulu meninggalkan negeri kufur dan penduduknya menuju negeri iman dan penduduknya. Maka apabila terjadi fitnah wajib di saat itu bagi setiap orang untuk pergi membawa agamanya dari gejolak fitnah menuju ketaatan beribadah serta menjauhi kelompok orang-orang yang larut dalam fitnah itu serta keadaan yang buruk itu. Sementara hal itu adalah termasuk salah satu kategori hijrah.” (al-Kaba’ir, hal 202. Lihat juga perkataan Ibnul Arabi yang dinukil dalam Faidh al-Qadir [4/490] asy-Syamilah)
Dari Anas r.a. dia berkata,
"Seorang lelaki mendatangi Rasulullah s.a.w dan berkata, "Wahai Rasulullah, bilakah datangnya kiamat?" Baginda menjawab, "Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya?" Dia menjawab, " Cinta pada Allah dan Rasul-Nya". Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai".
Anas r.a. berkata,
"Sungguh kami tidak merasakan setelah Islam kegembiraan yang lebih hebat dari ucapan Rasulullah, "Sesungguhnya kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai".
Anas r.a. berkata,
"Sesungguhnya aku mencintai Allah dan Rasulnya, serta Abu Bakar dan Umar. Aku berharap agar aku dapat berkumpul dengan mereka meskipun aku belum beramal seperti mereka
Comments
Post a Comment